خطبة الجمعة من المسجد النبوي 29 ربيع الأول 1440 هـ
الخطيب الشيخ د. حسين بن عبد العزيز آل الشيخ
Khotbah Jum’at, Masjid Nabawi,29 Rabiul Awal 1440 H
Khotib : Shekh Dr. Husen bin Abdul Aziz Alu Syekh
“Jaga Kebersihan, Kejernihan dan Ketulusan Hati”
Penerjemah : Usman Hatim
Khotbah Pertama
Di zaman cinta dunia dengan berbagai rupa dan bentuknya menggejala seperti sekarang, agaknya perlu mengingatkan seorang muslim akan pentingnya mencintai sesama dan berbagi kebaikan serta mencegah gangguan dan keburukan sebagai langkah terpuji yang membuat hati bersih dan bahagia.
Kebersihan hati merupakan predikat mulia dan terhormat yang membuat seorang muslim mudah meraih pahala besar dan berakhir dengan kesudahan yang baik. Firman Allah :
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ ، إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ. [الشعرائ/88-89]
“Pada suatu hari harta dan anak-anak tidak berguna kecuali orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih”. Qs.As-Syuara :88-89
Tanda hati bersih setelah keimanan, ketakwaan, tauhid dan keyakinan ialah manakala hati itu jernih dari pencemaran rasa dengki, iri hati dan dendam terhadap kaum muslimin; Artinya seorang muslim hidup bersama sesama mulim dengan hati jernih, bersih dan tulus, tidak menyimpan kebencian, rasa dendam, penipuan dan siasat buruk terhadap mereka, namun justru hidup berdampingan dengan mereka dengan perasaan lega dan hati bersih yang membuat dirinya sendiri nyaman dan orang lain merasa aman. Dalam arti masyarakat tidak merasa terganggu dan terusik olehnya. Sabda Nabi ﷺ :
«لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ، حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ» متفق عليه
“Tidak sempurna iman seseorang hingga mencintai saudaranya seperti halnya mencintai dirinya sendiri”. Muttafaq alaih.
Saudaraku sesama muslim !
Termasuk kenikmatan yang disegerakan di dunia ini atau bahkan merupakan puncak kenikmatan surga dunia ialah apabila seseorang telah mencapai kebersihan hati dalam bergaul dan hidup bermasyarakat bersama siapapun. Firman Allah ketika menggambarkan penghuni surga :
وَنَزَعْنَا مَا فِي صُدُورِهِمْ مِنْ غِلٍّ . [الأعراف/43]
“Kami cabut rasa dengki yang ada di dalam dada mereka”. Qs. Al-Araf:43
Ibnu Athiyah rahimahullah dalam memahami ayat ini mengatakan :
“Hal itu dikarenakan orang yang menyimpan rasa dendam dan kedengkian merasa tersiksa dengan perasaannya itu, sedangkan surga bukanlah tempat siksaan”.
Allah memberikan gambaran tentang doa hamba-hambaNya yang beriman dalam firmanNya :
وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ .[الحشر/10]
“Dan orang-orang yang datang setelah mereka berdoa, Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan kawan-kawan kami yang telah mendahului kami dalam keimanan, janganlah Engkau menuruh rasa dendam di dalam hati kami. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun dan Maha Pemurah”. Qs. Alhasyr :10
Saudaraku sesama muslim !
Menjaga hati agar tetap bersih dari berbagai perasaan dendam dan benci merupakan salah satu amal kebajikan termulia.
قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَيُّ النَّاسِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: «كُلُّ مَخْمُومِ الْقَلْبِ، صَدُوقِ اللِّسَانِ» ، قَالُوا: صَدُوقُ اللِّسَانِ، نَعْرِفُهُ، فَمَا مَخْمُومُ الْقَلْبِ؟ قَالَ: «هُوَ التَّقِيُّ النَّقِيُّ، لَا إِثْمَ فِيهِ، وَلَا بَغْيَ، وَلَا غِلَّ، وَلَا حَسَدَ» راه ابن ماجه
Nabi ﷺ pernah ditanya :
“Siapakah di antara manusia yang paling mulia ? beliau menjawab : Setiap orang yang berhati “makhmum” dan lisannya “Shoduuq”. Mereka berkata : Kalau orang yang lisannya shoduuq (jujur) kami telah mengenalnya, tetapi siapakah orang yang berhati “makhmum” itu ?. Jawab beliau : Itulah orang yang hatinya bersih dan bertakwa; tidak tercemari dosa, kezaliman, rasa dendam dan dengki”. HR Ibnu Majah. Isnadnya dinyakan shahih oleh Almundziri dan Albushiri dalam Azzawaid dan oleh Albani.
Generasi terdahulu umat ini memahami hakikat tersebut. Lihatlah Zaid bin Aslam ketika menjenguk Abu Dujanah yang sedang sakit, namun demikian wajahnya tetap berseri, ia bertanya : “Apa yang membuat wajahmu nampak berseri ? Jawabnya : Tidak ada sesuatu yang lebih menenteramkan hatiku selain dua amalan; pertama aku tidak membicarakan sesuatu yang tidak penting bagiku, dan kedua hatiku selalu bersih dan tulus terhadap kaum muslimin”.
Fudhail bin Iyadh rahimahullah berkata : “Tidaklah orang-orang yang bersama kami mencapai suatu pencapaian derajat tertentu lantaran banyaknya melakukan shalat sunah dan puasa, akan tetapi karena kemurahan dan kejernihan hati serta ketulusan nasihat mereka kepada umat”.
Saudaraku sesama muslim !
Penyebab kebersihan hati seseorang antara lain keikhlasan beribadah kepada Allah, ridha terhadap takdir dan ketentuan hukumNya yang berlaku dalam hidup ini serta senantiasa melakukan ketaatan kepadaNya, memperbanyak baca kitabNya, selalu berupaya memerangi hawa nafsu dari penyakit-penyakit hati; seperti menipu, mendengki dan mendendam dengan tetap sadar akan dampak buruk dunia dan akhirat yang ditimbulkannya.
Maka seyogianya seorang hamba memohon kepada Allah agar dikaruniai hati yang bersih dan tutur kata yang benar serta mencurahkan segala upaya yang dapat membangkitkan cinta kasih sayang, menangkal kebencian dan rasa dendam.
Hal itu dengan menebar salam sejahtera, tidak memperbincangkan tentang apapun urusan orang yang tidak penting baginya, berupaya memberikan suatu pemberian kepada sesama demi terjalinnya kasih sayang dan terhindarnya kebencian.
Selain itu, selalu mendoakan kebaikan bagi seluruh kaum muslimin, memberikan pemaafan atas kesalahan mereka, mencurahkan amal kebajikan dalam berbagai ragamnya, berusaha menyenangkan hati mereka dan turut merasakan kegembiraan dan kesedihan mereka.
Hendaklah seorang hamba berusaha secara sungguh-sungguh memerangi setan yang tidak henti-hentinya menghasut dan merusak hati. Firman Allah :
وَقُلْ لِعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْزَغُ بَيْنَهُمْ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلْإِنْسَانِ عَدُوًّا مُبِينًا . [الإسراء / 53]
“Katakanlah kepada hamba-hambaKu agar mereka berkata yang lebih baik. Sesungguhnya setan itu selalu menghasut di antara mereka. Sesungguhnya setan bagi manusia adalah musuh yang nyata”. Qs. Al-Isra: 53
Dalam hadis riwayat Muslim, Nabi ﷺ bersabda :
«إِنَّ الشَّيْطَانَ قَدْ أَيِسَ أَنْ يَعْبُدَهُ الْمُصَلُّونَ فِي جَزِيرَةِ الْعَرَبِ، وَلَكِنْ فِي التَّحْرِيشِ بَيْنَهُمْ» رواه مسلم
“Setan berputus asa dalam mempengaruhi orang-orang yang shalat di Jazirah Arab agar menyembah dirinya, maka lalu ia melakukan penghasutan di antara mereka”. HR.Muslim
Di antara yang dapat menyelamatkan seseorang dari penyakit hati ialah menghindari perdebatan dan perbantahan dalam berbagai persoalan dan peristiwa, karena hal itu dapat menimbulkan kebencian dan rasa dendam serta mempertajam permusuhan dan melahirkan sikap antipati.
Perdebatan hanya dipandang perlu dalam upaya membela kebenaran agama dan hanya dilakukan oleh seorang ulama yang berhati tulus dalam memberikan nasihat, amanat, dan memenuhi seluruh persyaratan berdebat dan adu argumentasi dengan tetap menjaga kode etik dan norma-norma tinggi.
=== 00 ===
Khotbah Kedua
Hati yang bersih merupakan pintu gerbang bagi masuknya keberkahan secara permanen. Seorang ulama salaf berkata : Pondasi agama adalah sifat wara’, sebaik-baik ibadah adalah ibadah melawan nafsu di malam hari dan jalan pintas masuk surga adalah hati yang bersih.
Oleh karena itu, marilah kita jaga kebersihan, kejernihan dan ketulusan hati. Nabi ﷺ sendiri senantiasa berupaya memperteguh pondasi ini dengan menangkal segala yang merintanginya dan mengotorinya. Sabda beliau :
«لاَ تَبَاغَضُوا، وَلاَ تَحَاسَدُوا، وَلاَ تَدَابَرُوا، وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا، وَلاَ يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ» . رواه مسلم
“Janganlah saling membenci, janganlah saling mendengki, janganlah saling membelakangi. Jagalah persaudaraan di antara kalian. Tidak diperkenankan seorang muslim tidak bertegur sapa dengan sesama saudaranya melebihi tiga hari”. HR. Muslim.
Jadilah kalian wahai hamba-hamba Allah bersaudara dan saling mencintai, saling berkasih sayang atas dasar takwa dan saling berpesan untuk selalu taat kepada Allah.
=== Doa Penutup ===